Foto sumber Bernardoboma |
Oleh Surya Anta*
Papua Ujung Panah
Kau tak pernah tau pada siapa, kapan, dimana dan bagaimana cinta akan jatuh
Seperti itu pula pertemuan dan perpisahan
Kau tak pernah tau akan kah pertemuan berujung perpisahan?
Apakah perpisahan membuka “pintu” bagi perjumpaan baru?
Aku pun tak pernah tau apakah kelak seorang manusia mungil akan menjadi revolusioner atau renegat?
Menjadi penindas atau pembebas?
Menjadi pribadi tertindas yang adaptatif pada penindasan atau pelopor yang teguh, militan, penuh dedikasi dan pengorbanan?
Aku tak pernah tau. Aku tak pernah mengerti.
Yang aku tau bahwa realitas sosial dan pengetahuan memberikan syarat materialnya
Kau hanya punya kuasa atas pilihan: apakah memperjuangkan atau melepaskan
Lalu menanti pada ruang dan waktu yang entah kapan itu
Pada rupa yang sama atau berbeda
Pada seseorang yang tidak atau terlarang untuk dicintai
Pada tujuan yang pantas untuk diperjuangkan dengan darah, keringat dan air mata atau hanya bualan semu
Pada penindasan atau pembebasan?
Pada Kapitalisme atau Sosialisme?
Kita hidup dalam dunia kepalsuan
Dunia masyarakat ber-Kelas
Dunia yang menawarkan kemewahan, bagi yang berpunya maupun tidak,
tak tergapai bagi si miskin
Dunia yang mengaburkan harapan, menjadi impian-impian kosong tak bermakna
Dengan sajian kenikmatan sesaat
Mempertontonkan kegemilangan diatas penindasan
Kita hidup dari satu kesalahan ke kesalahan lainnya
Dari satu kebodohan ke kebodohan lainnya
Dari kebohongan dan kemunafikan yang satu dan lainnya
Disadari ataupun tidak
Besar ataupun kecil
Itu lah hidup
Sebab tak ada suntikan formula agar tak melakukan satu kesalahan, kebodohan, kemunafikan ataupun kebohongan.
Hidup mencari makna.
Sebagaimana cinta dan perjuangan mencari makna.
Menggapai tujuan dan asa.
Pengetahuan, organisasi dan perjuangan mengikis kotoran itu.
Menghancurkan nilai dan kebudayaan boyak yang menggerogoti tubuh dan jiwa lapuk-layu.
Kita mengubah dunia sebagaimana perjuangan mengubah kita
Menjadi lebih baik dan bermakna
Revolusi tak terinterupsi membebaskan jiwa
Sebagaimana revolusi membebaskan kelas
Menyegarkan hidup dan kehidupan
Memanusiakan manusia seutuhnya
Cinta datang dan pergi begitu cepat.
Tak hanya mengasihi dan dikasihi
Sering kali menyakiti ataupun disakiti
Ditinggalkan ataupun meninggalkan
Tapi hidup tanpa cinta bukan lah hidup
Sebagaimana hidup tanpa perjuangan adalah kematian
Dan dunia tanpa revolusi adalah kebuntuan
Masa depan adalah misteri
Hari ini adalah kenyataan
Mimpi tak boleh padam
Hidup lah tanpa kesia-siaan
Kita hanya bisa berharap bahwa: cinta memagut rindu, perjuangan memeluk kemenangan, hidup dihujani makna, dan dunia dihiasi keindahan revolusi
Kerna itu, cintai lah dirimu dan perjuanganmu sebelum siapapun dan apapun.
Bekasi, 13 Juni 2016
Posting Komentar