prefix='og: https://ogp.me/ns# fb: https://graph.facebook.com/schema/og/ article: https://graph.facebook.com/schema/og/article'> Percakapan Mimpi Dengan Karma - West Papua Ujung Panah

Percakapan Mimpi Dengan Karma

Design by Sinatrian Lintang
15 tahun itu
di jumat berdarah itu
suaramu selengking ajal

1

setelah Indonesia
mensyahkan otonomi Papua
ia mengaji malam jeruji
bukit sabit, cabang serdadu
relief hitam, sungai putih, dan
gema merdeka di pelosok Papua

2

di Jumat yang keramat
ia bersaksi di depan mimbar
sementara sebilah runcing keyakinan
dan segumpal kemerdekaan, ia kekalkan
dalam dada dan suaranya

3

kemerdekaan akan segera dimulai
langit menyapukan gerimis
sebelum benar-benar ada gerimis
di tanah Papua, ia mengenang apa yang pantas
dikenang, ia bersumpah demi Papua
demi cintanya pada selantun nyanyian barzah

4

Kalau saya mati, saya pasti masuk ke surga.
Tetapi kalau saya lihat orang Indonesia di sana,
biar satu orang saja, saya akan lari tinggalkan surga.
Kalau malaikat Tuhan tanya saya mengapa lari,
nanti saya jawab,
‘Ah saya takut orang Indonesia menjajah kami orang Papua di surga juga.

ucap seseorang dengan tegas
di matanya, kibaran Bintang Kejora nampak dengan jelas

5

Jumat itu, di mana hari-hari akan terasa mengiris
dengan perasaan sepi, tak ada pikiran apa pun
kebahagiaan telah lebih dulu menariknya
ia meninggalkan semua yang dicintainya
ia berjuang demi sebuah kehormatan


6

Papua, tanggal 6 Desember itu
sekumpulan pasukan tentara Indonesia datang
dengan laga yang tak lagi bersahaja
membubarkan pengibaran Bintang Kejora
satu alasan yang mungkin kita bisa terima
juga tidak, aku disuruh tunduk pada tirani

7

tidak peduli sedikit pun jika saya mesti tunduk
ka Indonesia, saya siap dengan segala bahayanya
kalau kemerdekaan harus diberikan lagi pada Indonesia
aku sudah melihat penganiayaan dan eksploitasi di mana-mana
mereka sudah menjajah kita!
apa aku mesti diam melihat hal seperti itu?


demi Ibu, Bapak, aku tak akan akan mundur sedikit pun
hatiku sudah bulat untuk melawan!

8

sementara seorang anak kecil yang ingin ikut melawan
dengan Karma, meminta restu pada orang tuaanya
anak kecil tersebut benar-benar ingin berjuang
di rumah anak kecil tersebut, ibunya lalu berkata pada anaknya itu:

nak, bukannya ibu melarang kau ikut berjuang
tapi engkau, nak, mesti memikirkan masa depan
keluarga kita. kalau engkau melawan, terus engkau kena pukulan
kena tembakan, terus mati, siapa yang akan meneruskan usaha
kecil bapakmu? siapa yang akan membiayai adikmu kelak?
siapa, nak?

anak itu tetap bersikukuh pada pendiriannya, ia meminta restu
sekali lagi pada orang tuanya:

mama, saya hanya minta restu! doakan saja. Semoga semuanya
baik-baik saja. jika harus mati, biarkan saya menunggu terlebih
dahul di pintu sorga

akhirnya, ibunya menyetujui keinginan anaknya tersebut

berangkatlah, nak! mama, mendoakanmu. Tuhan bersamamu!

9

tibalah waktunya pengibaran
di lapangan itu, tuhan menjelma menjadi
keringat perlawanan, setiap peluru yang melesat
kekal di kaki Karma

10

prak...
dor...
rentetan peluru menghujani kaki Karma
ia bersaksi lebih keras, ia bertahan dengan seluruh keyakinan
kaki, kepala, dada, semuanya tak luput dari rentetan peluru

sementara di tru-truk tentara bajingan
seorang anak kecil tadi melawan sebisanya

atas nama langit dan bumi
atas nama Papua Merdeka, siapa yang berani melawanku
aku tak akan mundur, sekalipun itu nyawa yang harus kutebus

11

lalu kutulis dengan takdzim
peristiwa itu, menjadi sebuah puisi ini

“Karma, di janggutmu
tak ada lagi Indonesia, tak ada lagi
tirani!”

*Puisi ini belum selesai ditulis.

Mohamad Chandra Irfan, lahir di Pagerageung, Tasikmalaya, 17 April 1993. Alumni Pondok Pesantren KH. Zainal Mustahafa, Sukamanah, Tasikmalaya. Tercatat sebagai mahasiswa Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, Fakultas Seni Pertunjukan, Prodi Teater. Menulis puisi, esai, lakon teater, meyutradarai dan menjadi aktor teater. Puisi-puisinya sempat dimuat di media massa, cetak dan online, lokal maupun nasional juga terhimpun dalam beberapa dalam antologi bersama. Aktif bergiat di Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Daunjati ISBI Bandung, Sanggar Sastra Tasik (SST), Solidaritas Rakyat untuk Demokrasi (SORAK) Bandung dan Zeus Theatron.

Stay Connected

Copyright © West Papua Ujung Panah. Designed by OddThemes